Tanjung Benoa adalah salah satu destinasi wisata terkenal di Bali yang memikat banyak pengunjung dengan pesona pantai dan aktivitas bahari yang menarik. Lalu mengapa disebut Tanjung Benoa? Istilah ini tidak hanya sekedar nama, tetapi membawa cerita panjang tentang sejarah, budaya, dan keindahan pantainya yang luar biasa. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi asal usul nama, keindahan, serta berbagai aktivitas yang membuat Tanjung Benoa menjadi tempat favorit para wisatawan.
Sejarah Singkat Tanjung Benoa
Sejarah Tanjung Benoa bermula pada tahun 1546. Pada saat itu, kawasan pantai Tanjung Benoa merupakan pelabuhan kecil yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari Tiongkok. Pelabuhan ini dikenal dengan nama ‘Benua’ dan menjadi tempat transaksi jual beli keramik dari Tiongkok dengan hasil bumi dari penduduk lokal Bali.
Tanjung Benoa memiliki karakteristik geografis yang unik, terbentuk dari delta pasir putih dan diapit oleh laut di kedua sisinya. Pasang surut air lautnya sangat bergantung pada siklus bulan (“Purnama-Tilem”). Terumbu karangnya juga masih lestari, sehingga ombak akan pecah di luar sebelum mencapai bibir pantai. Kondisi ini menciptakan area “laut dangkal” dan “laut dalam” yang khas, yang menjadikan Tanjung Benoa sekarang populer untuk aktivitas olahraga air.
Seiring waktu, banyak pedagang Tiongkok yang menetap di Bali dan berbaur dengan penduduk setempat. Hal ini menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam keragaman budaya di wilayah tersebut. Bukti keberadaan komunitas Tionghoa di Tanjung Benoa dapat dilihat dari keberadaan Caow Eng Bio, klenteng tertua di Bali yang terletak di Jalan Segara Ening 14, Banjar Adat Darmayasa, di ujung utara Tanjung Benoa.
Wilayah Tanjung Benoa sendiri terdiri dari 6 banjar atau lingkungan, yaitu Banjar Kertha Pascima, Banjar Anyar, Banjar Tengah, Banjar Purwa Santi, Banjar Panca Bhineka, dan Banjar Tengkulung. Sebelum berkembang menjadi kawasan wisata, Tanjung Benoa dulunya merupakan kampung nelayan. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan karena letak Tanjung Benoa yang berada di pesisir pantai.
Pada tahun 1980, kawasan BTDC Nusa Dua mulai dibangun. Pembangunan ini menjadi titik balik bagi Tanjung Benoa, yang kemudian dikembangkan menjadi destinasi wisata. Kehadiran hotel, resort, dan tempat wisata eksklusif di Nusa Dua mendorong pertumbuhan ekonomi di Tanjung Benoa, khususnya di sektor pariwisata. Tanjung Benoa pun menjelma menjadi pusat wisata bahari dengan beragam atraksi menarik, seperti banana boat, scuba diving, parasailing Adventure, rolling donut, seawalker, flying fish, snorkeling, dan lainnya. Selain itu, terdapat pula pelayaran menuju Pulau Penyu, tempat konservasi penyu, ular, jalak Bali, dan berbagai satwa lainnya.
Cek: Harga Watersport Tanjung Benoa
Selain keindahan alam dan aktivitas wisata baharinya, Tanjung Benoa juga kaya akan situs budaya dan religius. Di Tanjung Benoa terdapat Pura Kahyangan Tiga, yaitu Pura Desa dan Puseh yang letaknya berdekatan dengan Catus Pata, Desa Adat Tanjung Benoa yang berada di tengah desa, serta Pura Dalem Kahyangan yang terletak di sebelah barat desa. Pura Desa berfungsi sebagai pura utama desa, sementara Pura Puseh menjadi tempat upacara yang berkaitan dengan kemakmuran dan kesuburan. Setiap 15 hari, masyarakat datang untuk melakukan ritual dan berdoa kepada Barong.
Baca: Permainan Air Ramah Anak di Tanjung Benoa
Mengapa Disebut Tanjung Benoa?
Lalu mengapa disebut Tanjung Benoa? Bagaimana asal-usul namanya? berikut ulasannya. Arti kata “Tanjung” dalam bahasa Melayu mengacu pada tanjung atau semenanjung, yaitu sebidang tanah yang menjorok ke laut. Fitur geografis ini umum di dunia Melayu, sehingga sering digunakan dalam nama tempat.
Sedangkan nama “Benoa” kemungkinan berasal dari kata “Benua” yaitu tempat yang digunakan sebagai pelabuhan kecil oleh para pedagang dari China untuk bertransaksi jual beli keramik dan hasil bumi dari penduduk Bali. Seiring berjalannya waktu, banyak pedagang dari China yang menetap di Bali, sehingga nama “Benua” berkembang menjadi “Benoa” mungkin karena variasi dialek atau perubahan pelafalan.
Baca: Pelabuhan Benoa
Kesimpulan
Mengapa disebut Tanjung Benoa? karena lokasinya yang menjorok ke laut menyerupai tanjung, dan dulunya merupakan pelabuhan kecil yang ramai bernama “Benua”. Karena dialek atau pelafalan, lama-lama berubah menjadi kata “Benoa”.
Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Lokasi geografis: Tanjung Benoa memang secara geografis merupakan tanjung, yaitu daratan yang menjorok ke laut.
- Sejarah perdagangan: Sejak tahun 1546, Tanjung Benoa menjadi pelabuhan penting dan ramai dikunjungi pedagang, terutama dari Cina. Mereka berdagang keramik dan kain sutra, serta membeli hasil bumi dari penduduk lokal.
- Asal-usul nama: Nama “Benoa” sendiri kemungkinan berasal dari kata “Benua”, nama pelabuhan kecil pada masa lalu.
- Perkembangan Wilayah: Seiring waktu, wilayah ini berkembang dan tetap dikenal dengan nama Tanjung Benoa, yang merupakan gabungan dari bentuk geografis “Tanjung” dan nama pelabuhan bersejarah “Benua”.
Dengan demikian, nama Tanjung Benoa memiliki akar sejarah yang kuat terkait dengan aktivitas perdagangan maritim yang terjadi di wilayah tersebut pada masa lampau. Pelabuhan “Benua” menjadi cikal bakal nama Tanjung Benoa yang kita kenal sekarang.